The World Hanung Jessica

The World Hanung Jessica
The World Hanung Jessica

Selasa, 26 Agustus 2014

AWAL MULA PERSAHABATAN VIKING DAN BONEK

AWAL MULA PERSAHABATAN VIKING DAN BONEK


Melihat sejarah ,VIKING dan BONEK adalah pendukung sejati dari klub perserikatan yg sudah menjadi musuh bebuyutan di jaman perserikatan yaitu PERSIB dan PERSEBAYA.

Di lihat dari kacamata awam, tidak mungkin pendukung sejati yg berani mati demi mendukung timnya bisa bersahabat bahkan bersaudara dengan pendukung yg sama-sama berani mati demi mendukung tim musuh bebuyutan. Tetapi ternyata VIKING dan BONEK membuktikan bahwa mereka bisa. Persaudaraan mereka di landasi perasaan senasib di mana mereka di jadikan bahan hujatan dan pendiskreditan dari masyarakat sepakbola nasional. Bahkan pers nasional pun paling senang apabila ada kerusuhan di partai PERSIB atau PERSEBAYA karna bisa di jadikan headline dan sudah jelas pihak mana yg akan di salahkan.

Sejak dulu VIKING dan BONEK identik dengan kerusuhan. Istilahnya di mana ada pertandingan yg di tonton oleh VIKING atau BONEK maka akan terjadi kerusuhan. Hal-hal jelek dan bersifat mendiskreditkan itulah yg lebih sering di ekpos oleh media massa nasional. Padahal tidak semua kegiatan atau kelakuan VIKING dan BONEK selalu berujung pada kerusuhan. Dan tidak semua kerusuhan itu di akibatkan oleh mereka. Mereka hanyalah kaum tertindas yg selalu di persalahkan karena dosa-dosa di masa lalu. Sangat jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) media massa memberitakan kegiatan positif yg VIKING atau BONEK lakukan. Sangat jauh berbeda dengan pemberitaan media massa nasional tentang pendukung tim lain ketika terjadi kerusuhan yg melibatkan mereka hanya di tulis sedikit (atau bahkan tidak di tulis sama sekali) dan di tutupi dengan kata-kata "oknum yg mengatas namakan pendukung....." What a bullshit!!!

Sedangkan ketika melakukan kegiatan positif, media massa nasional langsung memberitakan berita besar-besaran sebesar berita kerusuhan yg melibatkan VIKING atau BONEK. Bahkan saking terlalu seringnya berita yg memojokkan VIKING sebagai bobotoh PERSIB, bobotoh lain yg bukan anggota VIKING pun menjadi antipati terhadap media massa nasional. Sampai ada jargon di kalangan bobotoh bahwa "PERSIB besar bukan karena media massa nasional ,PERSIB besar karena bobotoh dan prestasi. PERSIB dan bobotoh tidak membutuhkan media massa nasional untuk menjadi besar. Media massa nasional-lah yg membutuhkan PERSIB untuk menjadikannya besar dan terkenal ". Hal itulah yg menjadikan penyebab munculnya perasaan senasib dan berkembang menjadi ikatan persaudaraan. Selain tentunya kerusuhan di jakarta di mana BONEK yg hendak mendukung PERSEBAYA di senayan di serang oleh sepasukan organisasi masyarakat berwarna oren (the jak) dan kemudian di selamatkan oleh bobotoh (anggota VIKING) yg kebetulan juga ada di sana. Begitu juga saat VIKING mendukung PERSIB yg mengikuti kejuaraan PEBY(piala emas bang yos) di jakarta yg di serang oleh kelompok suporter berwarna oren (the jak) juga di selamatkan oleh BONEK yg saat itu berada di jakarta.

Seiring berjalannya waktu Persaudaraan itu semakin kompak. Ketika PERSIB melawat ke surabaya, anggota VIKING yg datang ke surabaya di jamu sangat baik oleh BONEK. Demikian pula ketika PERSEBAYA yg bertanding di bandung, giliran BONEK yg di jamu oleh VIKING.

Indahnya persaudaraan di antara dua kubu suporter TERBESAR di indonesia itu. Jadi saat ini BONEK bukan hanya berarti BONDO NEKAT ,tapi bisa juga berarti BOBOTOH NEKAT. karena VIKING BONEK sama saja !!!!
#SASAHA 1933
#1927

SEJARAH TERBENTUKNYA VIKING PERSIB CLUB

SEJARAH TERBENTUKNYA VIKING PERSIB CLUB

Melihat rangkaian sejarah Viking Persib Club memang tidak akan terlepas dari perjalanan Persib Bandung itu sendiri.... Dalam mengarungi samudra kompetisi perserikatan maupun Liga Indonesia. Berawal dari perjalanan sang “Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan menggetarkan Dunia Persepakbolaan Nasional, khususnya pada dekade tahun 1985 s/d 1995... Kala itu persib telah mampu memberikan sebuah “kebanggaan” bagi warga Kota Bandung dan masyarakat Jawa Barat, khusunya bagi para pecinta fanatik Persib. . . Ketika beberapa kali secara berturut-turut mampu tampil di Final Piala Presiden (perserikatan kala itu) dan tiga kali diantranya Persib mampu tampil sebagai “Kampioen”... Kemudian setelah itu, dilanjutkan kembali dengan merebut gelar juara pada kompetisi format baru Liga Indonesia I. Semua prestasi tersebut, tentu saja menjadikan Persib bak Legenda di Dunia Persepakbolaan Nasional dan legenda tersebut tentu saja harus dilestarikan...


Terutama oleh kita selaku bobotoh fanatiknya. Totalitas yang telah diberikan oleh Persib kala itu dijawab dengan “Totalitas” oleh sekelompok pendukung Persib di tribun selatan, yang kelak menjadi cikal bakal dari terbentuknya Viking Persib Club. Dari seringnya pertemuan diantara mereka ketika membeikan dukungan kepada Persib, secara tidak langsung kemudian terbentuklah sebuah komunitas yang “Militan” dan memberikan segala letupan emosi mereka hanya untuk sang ”Idola” Persib “Maung Bandung”. Melalui prakarsa salah seorang diantara mereka, maka lahirlah sebuah kesepakatan serta komitmen untuk mendirikan sebuah wadah untuk menyatukan “Rasa Cinta” mereka terhadap Persib “Maung Bandung”. Akhirnya, setelah melalui beberapa kali pertemuan, tepatnya pada tanggal 17 Juli 1993 di sebuah rumah Bahu di jalan Kancra No.34 Buah Batu Bandung terwujudlah “Kesepakatan” tersebut dengan lahirnya sebuah kelompok supporter Persib... Dengan nama Viking Persib Club.

Ads by greatsaverAd Options

Nama viking diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan Skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut terkenal memiliki karakter yang gigih, solid, militan, patriotis, berani, pantang menyerah dan berjiwa penakluk. Semangat dan karakter seperti itulah yang kelak dicoba untuk “Mendasari” semangat karakter para bobotoh Persib... Khususnya anggota Viking Persib BandungClub. Dengan memiliki semangat serta karakter seperti itu... Diharapkan “Totalitas serta Loyalitas” dari para bobotoh Persib akan terus berkibar.. Dan hal itu sangat diperlukan dalam menjaga “kehormatan” Persib selaku tim kesayangan kita semua, agar tetap lestari... Khususnya di Bumi Parahyangan ini, serta di kancah Persepakbolaan Nasional pada umumnya. Perjalan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan dan “ kesamaan rasa cinta” yang terbina... Pada akhirnya menjadikan Viking Persib Club sebagai sebuah kelompok supporter yang selalu “eksis” dan dapat bertahan sampai dengan saat ini, bahkan mampu berkembang menjadi sebuah kelompok dengan Basis Massa yang sangat Besar Rasa “Persaudaraan” diantara sesama anggota merupakan landasan dari Viking Persib Club, sedangkan “Totalitas” serta “Loyalitas” terhadap Persib merupakan dasar tebentuknya. Dengan segala formalitasnya seperti saat ini...


Viking tetap akan mempertahankan “ciri khasnya”... Independen dan bercirikan rasa “kekeluargaan” yang tinggi diantara sesama anggotanya... Memang hal tersebutlah yang diyakini akan dapat menjaga serta menjadi perekat diantara seluruh anggota Viking Persib Club...dengan begitu ...keberadaan Viking sebagai “kelompok bobotoh” Persib dapat bertahan terus selamanya...sehingga Viking secara total dapat memberikan kontribusinya terhadap Persib dengan memberikan dukungan dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun

MASA PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES DI INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES DI INDONESIA

Pemerintahan Raffles (1811–1816)


Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta (India) kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa). Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan serta keuangan.
Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles menginginkan adanya perubahan-perubahan dalam pemerintahan di Indonesia ( Jawa). Langkah-langkah yang diambil dalam bidang pemerintahan, antara lain sebagai berikut:
    1.   Pulau Jawa dibagai menjadi delapan belas karesidenan.
2.      Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya.
Dalam bidang perdagangan–keuangan, diambil langkah-langkah sebagai berikut:   
   1)      Penghapusan segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa/rodi.
2)      Pemberian kebebasan dalam usaha perdagangandengan member kesempatan rakyat untuk ikut serta dalam perdagangan. Rakyat diberi kebebasan untuk menanam tanaman-tanaman yang laku di pasaran internasional.
3)      Pelaksanaan monopoli garam.
4)      Penjualan tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha penanaman kopi.
5)      Penciptaan sistem sewa tanah atau landrente. Dasar hukum yang digunakan adalah bahwa pemerintah Inggris berkuasa atas semua tanah sehingga semua penduduk yang menempati tanah wajib membayar pajak. Aturan yang ditetapkan adalah sebagai berikut.
a.       Tanah pertanian di bagi dalam tiga kelas (menurut kesuburan tanah). Kelas I untuk tanah subur, kelas II tanah setengah subur, dan kelas III tanah yang kurang subur.
b.       Tanah kelas I dikenakan pajak 1/2 dari hasil panen, kelas II 2/5 , dan kelas III dibebani 1/3.
c.       Pajak tanah dipungut secara perorangan bukan kelompok.
d.      Pemungutan pajak dilakukan secara langsung oleh pemerintah, bukan melalui sistem borong seperti sebelumnya.
Lendrente yang diciptakan untuk memperbaiki sistem pajak, ternyata tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan rakyat tidak mampu membayar pajak dengan uang. Di samping itu, pemungutan yang semula direncanakan secara perorangan sulit dilaksanakan dan diganti secara kelompok. Selain itu, pemungutan dilakukan oleh para pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korupsi. Akibatnya, usaha Raffles untuk menjalankan sistem sewa tanah mengalami kegagalan. Kegiatan Raffles lain yang menonjol ialah dalam bidang ilmu pengetahuan. Raffles berhasil menyusun buku sejarah yang berjudul History of Java yang terdiri atas dua jilid dan diterbitkan pertama kali tahun 1817.
Situasi di Indonesia tidak dapat terlepas dari situasi di Eropa. Setelah negara Koalisi berhasil mengalahkan Prancis (Napoleon Bonaparte) dalam Battle of the Nation di Leipzig (1813), kemudian mengadakan kongres di Wina. Berdasarkan Kongres Wina tahun 1814, Belanda kembali menjadi negara merdeka. Selanjutnya, berdasarkan Konvensi London (antara Inggris dan Belanda 1814), Belanda menerima tanah jajahannya kembali yang diserahkan kepada Inggris berdasarkan Kapitulasi Tuntang (1811). Penyerahan Indonsia dari pihak Inggris kepada Belanda terealisasi pada tahun 1816. Pihak Inggris diwakili oleh John Vendall, sedangkan di pihak Belanda oleh tiga orang komisaris jenderal, yakni Elout, Buyskes, dan Van der Capellen.