The World Hanung Jessica

The World Hanung Jessica
The World Hanung Jessica

Rabu, 26 Februari 2014

Pertolongan Pertama saat Keracunan



PERTOLONGAN PERTAMA SAAT KERACUNAN 

Keracunan merupakan salah salah satu kegawatdaruratan medis yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja. Baik itu di rumah, mobil, lingkungan kerja, dan bahkan di pegunungan.  Keracunan bukanlah hal yang dianggap remeh dikarenakan dapat mengakibatkan kematian jika tidak diangani dengan benar. Oleh karena itu, penanggulanan keracunan harus diketahui oleh semua masyarakat. Khususnya pertolongan pertama dalam mengatasi keracunan sebelum pertolongan lanjut dari dokter.
Untuk mengetahui cara menggulanginya, kita harus melakukan diagnosis serta mencari bukti-bukti yang diperoleh dari tempat kejadian, guna mengetahui jenis racun yang menyerang. Yang tidak kalah peting adalah mengetahui tempat masuknya racun kedalam tubuh.  Racun dapat masuk ke tubuh melalui per oral (zat yang tertelan), inhalasi (gas), dan absorbsi permukaan kulit.  Hal ini penting diketahui karena berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya reaksi keracunan.

Inilah gejalanya

Anda mungkin mengalami keracunan jika anda beberapa gejala klinis sesuai dengan penyebabnya. Gejala klinis tersebut antara lain: turunnya frekuensi nafas, pupil yang melebar (dilatasi), turunnya laju nafas, denyut jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat, pusing, diare, cramp perut, halusinasi, air liur yang berlebihan, sianosis (kebiruan pada kulit), penurunan kesadaran, dan gejala klinis lainnya.

Bagaimana selanjutnya ? 

Jika anda atau anda melihat orang lain mengalami gejala klinis yang telah disebutkan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pembebasan jalan nafas, perbaikan fungsi pernafasan dengan ventilasi dan oksigenasi serta perbaikan sistim sirkulasi darah. Langkah konkritnya anda dapat keluar atau mencari tempat yang teduh serta memiliki sirkulasi yang baik, usahakan tubuh se relax mungkin dan melepas/membuka segala sesuatu yang menghabat jalan nafas seperti melongarkan pakaian.

Menolong diri sendiri atau orang lain

Dekontaminasi merupakan terapi intervesi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorbsi, dan mencegah kerusakan. Jika anda ingin menolong orang lain,maka anda harus menggunakan sarung tangan, masker dan apron. Tindakan dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yang terkena racun yaitu :
1.      Paru-paru
Jauhkan diri dari pemaparan inhalasi zat racun.
2.      Mata
Posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak mata perlahan dan aliri dengan aquades atau NaCl 0,9% secara perlahan samapai zat racunnya diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai wajah atau mata lainnya) selanjutnya tutup mata dengan kassa steril.
3.      Kulit, rambut, dan kuku
Lepaskan pakaian, arloji, sepatu, dan aksesori lainnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci/scrubbing bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan di sabun minimal 10 menit, selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut
4.      Pencernaan
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian bahan pengikat (karbon/arang aktif) yaitu dengan dosis 30-50g dan 240 ml air, pengenceran dengan minum air dingin atau susu sebanyak 250 ml,atau dengan induksi muntah dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.
Setelah dekontaminasi dilakukan, apabila anda masih merasakan gejala yang sama, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan terapi lebih lanjut seperti pemberian oksigen lembab 100% serta ventilator pada keracunan paru, melakukan irigasi usus, aspirasi, kumbah lambung, irigasi usus, bedah pada keracunan pencernaan, dan terapi obat yang dibutuhkan.
Berikut ini adalah beberapa obat yang dapat berpotensi menimbulkan alergi :
1.      Antibiotik,- sering disebabkan penisilin dan antibiotik yang mengandung sulfonamid. Namun antibiotik juha dapat menimbulkan reaksi nonallergic seperti mual dan diare.
2.      Vaksin,- dalam kasus tertentu, reaksi alergi dapat disebabkan oleh vaksin iu sendiri, tetap yang paling sering karena dipicu oleh bahan-bahan lain dalam vaksin seperti telur atau neomycin.
Reaksi alergi obat ini biasanya muncul beberapa menit setelah anda mengkonsumsi obat tersebut. Namun pada beberapa kasus ada juga yang muncul setelah beberapa hari bahkan minggu pasca mengkonsumsi obat. Dan untuk mengenali gejala yang timbul akibat alergi obat, berikut ciri-cirinya :
  • Ruam kulit
  • Gatal
  • Gatal-gatal biduran atau kaligata
  • Demam
  • Wajah bengkak atau sembab
  • Sesak nafas
  • Anafilaksis (reaksi yang mengancam jiwa pada keadaan serius dan darurat), tandanya penyempitan saluran nafas dan tenggorokan, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan lemah, mual, muntah atau diare, pusing, rsaa melayang atau bahkan hilang kesadaran.
Ternyata alergi yang selalu dianggap sebagai suatu gejala yang ringan, dapat mengantarkan kita pada pintu maut. Itulah mengapa kita harus mengatasi berbagai masalah terutama masalah kesehatan sejak dini atau sejak masalah tersebut masih bersifat ringan.

Efek Samping Obat yang Berlebihan



Efek Samping Obat yang Berlebihan

 Penggunaan antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh semakin baik, justru dapat merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas anak bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian anak mudah jatuh sakit kembali.
Jika pemberian antibiotik dilakukan berulang-ulang dan tidak sesuai penggunaannya, maka anak berpotensi jadi mudah sakit dan harus bolak-balik ke dokter gara-gara penggunaan antibiotik yang tak rasional.
antibiotik
“Kenyataannya, kita ‘boros’ dalam menggunakan antibiotik sehingga bisa menimbulkan dampak buruk antara lain sakit berkepanjangan, biaya yang lebih tinggi, penggunaan obat yang lebih toksik, dan waktu sakit yang lebih lama,” sesal dr Purnamawati S Pujiarto, SpA (K), MMPed, yang akrab disapa Wati ini.
Selain itu, ada beragam efek yang mengancam bila anak mengonsumsi antibiotik secara irasional, di antaranya kerusakan gigi, demam, diare, muntah, mual, mulas, ruam kulit, gangguan saluran cerna, pembengkakan bibir maupun kelopak mata, hingga gangguan napas. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan, pemberian antibiotik pada usia dini berisiko menimbulkan alergi di kemudian hari.
Dampak lain akibat pemberian antibiotik irasional adalah gangguan darah di mana salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah menurun. Risiko kelainan hati muncul pada pemakaian antibiotik eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, dan sulfonamid.

Proses Integrasi Pelayaran dan Perdagangan Antarpulau di Nusantara pada masa Hindu-Budha


 Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui
penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan
oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi
perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu (i) pertumbuhan
jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir
pantai, dan (ii) kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan
militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur
utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat
untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan
oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang dan
kemampuan menguasai lautan.
 Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara
sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan
perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda
beda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang
dari pendukung budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan.
Pada masa perkembangan Hindhu-Buddha di Nusantara terdapat
dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di
bagian barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power
pada masanya dan pengaruhnya amat besar terhadap penduduk di
Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan
dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan
suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasikan
ke dalam jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka
menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan
antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India.
 Pada masa itu Selat Malaka merupakan jalur penting dalam
pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar
bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat
itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di
sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur
laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang
dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak
abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang
dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya
rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting
di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota Cina
(Sumatra Utara sekarang).
 Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi
lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang
melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara
sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang
pedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat
setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-pengaruh budaya
luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh
terhadap masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan sampai saat
ini pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada
masyarakat sekitar Selat Malaka.
 Disamping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan
perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa
dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat
selama masa Hindhu-Buddha. Jaringan dagang dan jaringan
budaya antarkepulauan di Indonesia itu terutama terhubungkan
oleh jaringan laut Jawa hingga kepulauan Maluku. Mereka secara
tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia
yang berpusat di sekitar selat Malaka, dan sebagian di pantai barat
Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang
perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah, seperti kayu
manis, cengkih, dan pala.
 Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antarpulau
telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di
Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall,
bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra.
Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeu (Melayu) di pantai
timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari.
Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara
Cina untuk kata bahasa sanskerta, Criwijaya. Di Jawa terdapat tiga
kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa, terdapat Tarumanegara,
dengan rajanya yang terkemuka Purnawarman, di Jawa bagian
tengah ada Ho-ling (Kalingga), dan di Jawa bagian timur ada
Singhasari dan Majapahit.
 Selama periode Hindhu-Buddha, kekuatan besar Nusantara
yang memiliki kekuatan integrasi secara politik, sejauh ini
dihubungkan dengan kebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari,
dan Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di sini maksudnya
adalah kemampuan kerajaan-kerajaan tradisional tersebut dalam
menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah kontrol
politik secara longgar dan menempatkan wilayah kekuasaannya
itu sebagai kesatuan-kesatuan politik di bawah pengawasan dari
kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian pengintegrasian
antarpulau secara lambat laun mulai terbentuk.
 Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam
periode yang berbeda-beda. Kekuasaan mereka mampu mengontrol
sejumlah wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk media. Selain
dengan kekuatan dagang, politik, juga kekuatan budayanya,
termasuk bahasa. Interelasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut
yang membuat mereka berhasil mengintegrasikan Nusantara dalam
pelukan kekuasaannya. Kerajaan-kerajaan tersebut berkembang
menjadi kerajaan besar yang menjadi representasi pusat-pusat
kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan-kerajaan yang lebih
kecil di Nusantara.
 Hubungan pusat dan daerah hanya dapat berlangsung
dalam bentuk hubungan hak dan kewajiban yang saling
menguntungkan (mutual benefit). Keuntungan yang diperoleh dari
pusat kekuasaan antara lain, berupa pengakuan simbolik seperti
kesetiaan dan pembayaran upeti berupa barang-barang yang
digunakan untuk kepentingan kerajaan, serta barang-barang yang
dapat diperdagangkan dalam jaringan perdagangan internasional.
Sebaliknya kerajaan-kerajaan kecil memperoleh perlindungan dan
rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut.Jika pusat
kekuasaan sudah tidak memiliki kemampuan dalam mengontrol
dan melindungi daerah bawahannya, maka
sering terjadi pembangkangan dan sejak itu
kerajaan besar terancam disintegrasi. Kerajaan-
kerajaan kecil lalu melepaskan diri dari ikatan
politik dengan kerajaan-kerajaan besar lama
dan beralih loyalitasnya dengan kerajaan lain
yang memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa melindungi
kepentingan mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha
ditandai oleh proses integrasi dan disintegrasi semacam itu. Namun
secara keseluruhan proses integrasi yang lambat laun itu kian
mantap dan kuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara sebagai
negeri kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politik dan
perdagangan.